Apa yang dicari wanita usia matang namun belum menikah


Tulisan ini gue buat setelah terjadi diskusi kecil antara gue dengan salah seorang di kantor. Awalnya hanya ngasih undangan temen sebidang yang mau nikah dengan temen bidang sebelah juga. Terus dia nyeletuk " Kamu belum pengen nikah Ra?" kemudian gue jawab. " Belum ada yang mau sama aku."
" Nggak mungkin, kamu aja yang terlalu milih. Mau nyari yang kayak gimana? Jangan tinggi-tinggi seleranya, nanti nggak laku-laku." jawab dia yang kemudian gue jawab rada panjang. 

Intinya gue nggak sepemilih itu, tapi ya nggak segampangan asal mau juga. Makin banyak umur, makin banyak yang dipikir tentang pasangan kita nanti yang seperti apa maunya. Loe merasa begitu nggak sih? Jadi kayaknya menurut gue wajar buat mereka yang makin berumur makin rada susah milih pasangan. Ya nggak mutlak, ada faktor pertimbangan lainnya juga tapi bisa jadi yang barusan gue tulis tadi jadi pertimbangan utama buat loe yang sekarang lagi baca ini.

Sejujurnya, sejak SMA emang gue nggak ada bayangan untuk nikah muda sama sekali. Sempet bikin target nikah setelah usia 27 tahun dan ternyata masih kepegang pikiran itu sampe sekarang. Gue berfikir menikah adalah hal yang merepotkan dan akan banyak mengambil kesempatan gue buat bisa ngapa-ngapain lagi. Dan ternyata pikiran kayak gitu masih bertahan diusia gue yang udah 28 tahun ini. Well, 28 tahun emang usia yang sudah matang untuk punya suatu hubungan serius seperti pernikahan.  Jadi gue maklum sama mereka yang masih sering nanyain kapan nikah. Buat gue nikah itu bukan masalah usia, tapi kesiapan. 

Kadang gue merasa bersyukur ketika liat disosial media temen seusia gue yang udah berkeluarga, punya anak dan pada saat yang sama mereka sedang repot mengurus anaknya, ngeluh tentang kelakuan suaminya, repot dengan urusan rumah tangga. Sementara gue masih bisa nongkrong atau liburan dengan teman-teman gue. Well, emang kurang bijak rasa syukur gue yang satu ini, tapi setiap orang punya cara sendiri untuk menikmati hidupnya. 

Setiap orang punya waktunya masing-masing. Mungkin teman-temen gue udah pernah ngrasain hidup terkungkung pekerjaan dan pikiran tentang bagaimana mengejar karir, sampai mereka memutuskan untuk menyudahi dan memilih untuk menikah saja. 

Gue belum sampai ditahap males banget dengerin pertanyaan kapan nikah dari orang. Sumpah gue nggak peduli, cuman gue nggak bisa seenggak peduli itu kalo emak gue sendiri yang nanya. Boong kalau lo usia 28 tahun dan belum pernah ditanyain orang tua tentang rencana menikah. 

Terus apa yang gue cari? banyak. Bener kalau nurutin maunya manusia nggak ada batasnya. Tapi gue pengen ada beberapa hal yang harus gue capai pada usia tertentu sebelum menikah. Salah satunya gue pengen sattle down dulu secara financial dan Puas ngejar karier. I know karir ini nggak ada batasan samapi setinggi apa, at least sampai pada posisi gue merasa gue punya power tertentu untuk bisa bantu banyak orang. 

Banyak Pilihan Malah Bikin Susah Milih
Percaya atau enggak, mereka yang punya banyak teman dan circle justru yang paling susah menentukan pasangan. Terlalu banyak yang ditemui dari berbagai kalangan, bikin dia jadi punya standar khusus yang dijadikan patokan dalam memilih pasangan. Banyak ketemu orang jadi bikin kita mengenal banyak karakter. Nggak coock dengan si karakter A, atau cocok dengan Karakter B tapi si C lebih tipe gue. 

Dari pengenalan karakter orang-orang itu jadi bikin kita punya standar khusus juga karakter pasangan yang kita harapkan seperti apa. Jadi banyak banget yang dipertimbangkan sedetail dia mengharapkan pasangannya seperti apa. point ini jadi pertimbangan gue juga. 


Butuh Pasangan yang Sepemikiran
Ini penting karena mau jalan kerjaan aja kalau nggak sepemikiran jadi nggak semangat  nyelesein kerjaanya. Gimana kalau kita nikah sama orang yang nggak sepemikiran. Sepemikiran di sini tentang prinsip ya, bukan soal dia suka musik dangdut kita suka musik Rock. Prinsip tentang bagaimana membangun rumah tangga. Tentang bagaimana dia menghargai kita sebagai pasangan, sebagai ibu dari anak-anaknya, sebagai teman, sebagai apapun yang nyaman dalam terus melanjutkan pernikahan.

Sepemikiran pula pemahaman dia tentang peran masing-masing sebagai suami atau istri atau orang tua dari anak-anak nanti. Maksutnya, walaupun nanti sudah jadi orang tua jangan sampai lupa sebagai pasangan yang harus tetap punya waktu berdua. 

Dari kasus orang terdekat yang gue pelajari, ini jadi penting biar rumah tangga tetep ada rasanya ngga gitu-gitu aja.

Sosok Tenang Jadi Idaman
Ini nggak tahu cuman gue aja berasa kayak gini atau mungkin lo yang lagi baca ini juga sama. Makin tua makin butuh sosok partner yang tenang yang bisa mengenndalikan diri dalam keadaan apapun. APalagi gue yang anaknya panikan dan serba heboh ya kan. Sosok penenang ini jadi sangat dibutuhkan. 


Tinggalkan Komentar anda Tentang Berita ini