Mengunjungi Sejarah Studio Lokananta


  

Tarik nafas panjang dulu sebelum menulis ini, biar agak lega dan enak nulisnya. Sering jalan-jalan emang enak, liburan dan refreh otak. Tapi kalo jalan-jalan ala blogger nggak sah jalan-jalannya kalo nggak di tulis di blog juga. Jadi setipis aja jalan-jalannya tetep harus masuk arsip blog. Nah masalahnya kalo keseringan jalan-jalan terus kerepotan ngeblognya ya tadi tarik nafas banyak-banyak dulu. 

Agak ngos-ngosan juga ternyata kalau banyakan jalan-jalan kayak 2 atau 3 bulan jadwal terakhir ku. Uhuukk, songong emang aku orangnya. Padahal jalan-jalan mah ke mana, paling jauh juga perbatasan Jawa Tengah ke Jawa Timur tapi sok-sokan  macam travel blogger yang udah melalang buana sampe luar Indonesia. 

Tapi biar begitu judulnya tetep jalan-jalan sih ya, jadi sebisa mungkin tetep ditulis juga. Kayak jalan-jalan ku ke Solo entah ini bulan apa aku udah agak lelah mengingatnya. Mungkin Agustus atau September kemaren.

Bareng rombongan Genpi -Generasi Pesona Indonesia- waktu itu mamapir ke Studio Lokananta. Ini keren karena banyak nilai sejarah di studio itu. Sayang banget kalau nggak ditulis kan, padahal aku udah mulai lupa pernah jalan-jalan ke sana. Untung sempat buka-buka file foto di laptop dan nemuin foto di Lokananta. Jadi ku tulis ini dulu baru jalan-jalan yang lain. FYI aja aku barusan explore tiga kota di Jawa Tengah bareng 16 WNA dan hasrat untuk berbagi tentang itu udah menggebu banget. Tapi tetep urutin sesui tanggal jalan-jalannya dulu aja. hihi



Lokananta,  berdiri 60 tahun yang lalu dan menjadi studio musik yang memproduksi piringan hitam pertama di Indonesia. Sejak awal berdiri Lokananta memiliki dua tugas besar yaitu produksi dan duplikasi piringan hitam dan kemudian Cassette Audio.

Selama berkunjung ke sana kita didampingi pemandu dan menceritakan sejarah dari Lokananta. Adalah  Oetojo Soemowidjojo dan Raden Ngabehi Soegoto Soerjodipoero, pegawai RRI Surakarta yang mempelopori berdirinya Lokananta pada 29 Oktober 1956. Penggagas nama Lokananta pada saat itu Raden Maladi, mantan mentri penerangan era Soeharto yang mengambil filosofi dari dunia pewayangan yang berarti gamelan milik khayangan bersuara merdu. Sekarang Lokananta dibawah Perum Percetakan Negara Republik Indonesia dan sejak 2014 bangunannya sudah ditetapkan sebagai situs cagar budaya. 


sedikit merinding begitu mulai memasuki satu persatu ruangan yang ada di sana. Bukan apa-apa, hanya merasa pada akhirnya kesampaian juga datang ke sana. Ini semacam legenda sejarah perstudioan musik Indoensia.Jadi effort nya beda dengan kunjungan wisata sebelum-sebelumnya.


 Ini studio yang ada di sana, gede banget. Luasnya mungkin sampe 13x14 meter. Bisa buat rekaman satu RT mungkin dan studio ini masih digunakan sampai sekarang. Menurut keterangan pemandunya terakhir mereka masih merekam lagu Indonesia Raya 3 stanza bulan Mei lalu yang rencannaya akan diluncurkan pada 28 Oktober 2017 di Jakarta dan Solo.


Setelah dari studio itu kita diajak mengelilingi tempat produksinya, ada di sebelah bangunan studionya. Ada tempat arsip Cassete dan piringan hitam, ada tempat produksi pita cassette dan ada tempat penggandaanya.


Ruangan ini adalah ruang koleksi mesin-mesin yang pernah digunakan Lokananta. Beberapa yang aku tahu ada mesin Quality Control keluaran tahun 1980, Pattern Generator keluaran 1980, mesin pemotong pita tahun 1980, power amplifier 1960 dan ada beberapa kaset VHS (Vidio Home System).



ini beberapa kaset dan piringan hitam yang disimpang dan pajang di ruang pameran.


ini ruang produksi Cassette Audionya, sepi karena kita ke sana hari minggu jaditidak ada karyawan.




 Ini alat untuk memotong dan menggulung pita Cassette Audio.


 Ini alat penggandan Cassette Audionya. 


 Ini salah satu lemari arsip Cassette-Cassette mereka. Dan ada yang spesial mereka simpan, 


 ini adalah piringan hitam yang menyimpang suara Proklamasi original suaranya Pak Soekarno.

Bener-bener deh jalan-jalan ke Lokananta bulan lalu mengobati rasa penasaran tentang studio musik legenda itu sampai bisa secara langsung menyentuh piringan hitam paling bersejarah itu.

Waktu Kunjungan
Kunjungan bisa dilakukan setiap hari kerja, Senin sampai Jum'at jam 08.00 Wib sampai jam 16.00Wib. Nggak ada biaya tiket masuk, tapi kalau mau datang rombongan sih saran bikin surat permohonan kunjungan dulu dan dikirim ke pengelola Lokananta biar bisa disiapkan pemandu. 

Tinggalkan Komentar anda Tentang Berita ini