Pahami Aja Dulu Loe Butuh Ke Mana, Jangan Asal Ikut Angin



Kayaknya udah lama banget nggak ngisi blog ini. Biasanya akhir tahun ada postingan penutup tentang apa yang udah gue kerjain selama satu tahun sebelumnya, dan awal tahun ada postingan pembuka dengan menceritakan apa-apa yang akan gue kerjakan satu tahun kedepan. Entah, akhir-akhir ini gue terlalu malas untuk menulis satu artikel aja di blog ini. Ngedraft-ngedraft doang abis itu dicampakan. Nantideh, kalau nggak malas banget gue bikin tulisan tentang apa yang udah gue kerjain dengan hasilnya dan apa yang akan gue kerjain tahun ini. -Penting nggak?-

Sekarang gue mau cerita dulu tentang opini yang membawa angin. Semalem gue ngobrol sama orang tentang dirinya yang merasa dirugikan karena agenda setting yang dilakukan oleh beberapa orang. Parahnya orang-orang itu adalah orang yang pernah bekerjasama dengannya. Jadi temen-temen deketnya pada ngejauh karena terbawa opini nggak baik yang diciptakan sekelompok orang itu. 

Menurut gue, orang-orang yang gampang tergiring opininya adalah mereka yang masih belum punya pemikiran matang tentang sesuatu hal yang membuat dia jadi tergiring. Makannya, angin pergi ke utara ikut ke utara, angin pergi ke barat ya ikut ke barat. Kalau loe punya pemikiran matang, seharusnya ketika ada angin berhembus ke utara loe nggak tiba-tiba ikut ke utara juga. Pahami aja dulu loe butuh ke mana. Jangan asal ikut angin. 

Di dunia ini emang diciptakan manusia-manusia yang suka mengobrak-abrik kepercayaan orang lain untuk menyeleksi mana orang yang punya pendirian dan sikap dengan mana orang yang gampang aja ikut angin, yang katanya tadi kegiring opini itu. Jangan salahkan orang yang menggiring opini elo dong, yang menentukan sikap elu kan elu sendiri tentang bagaimana menanggapi isu yang dibuat si penggiring opini tadi. Setelah si penggiring opini berhasil, terus loe sadar bahwa opini yang loe yakini adalah salah barulah nyalah-nyalahin orang lain. 

Kalau kayak gitu, gue bakal lebih respek sama si penggiring opini tadi. Dia tetap tegar menjadi penggiring opini sekalipun opini yang dibuat itu nggak bener dan merugikan orang, at least dia punya sikap dan tahu arah mana yang dia tuju. Arah membuat orang lain ikut pada opini yang dia buat. Great job.

Dikasih tahu temen kalo di A orangnya ini itu, suka begini suka begitu. Nurut aja, terus berasa sok cari aman jadi ikut menghindari si A. Kan kalian bukan bocah yang ketika dikasih tahu es krim strowberi itu kecut asal nurut. Kalo loe emang bukan bocah, loe pasti nyobain dulu kan es krim strowberi itu beneran kecut apa enggak. 

Nah gitu loh maksut gue. Kalau loe dikasih tahu tentang apapun ya, ini apapun bukan hanya tentang sikap temen sekomunitas loe yang katanya suka nyari muka orang-orang penting, terus percaya aja. Parahnya lagi tanpa kroscek, lu langsung menghindari dia, ngedepak dia, nyinyirin dia. Lah pun misal emang dia suka nyari muka emang kenapa? asal nggak ngerusiin loe sih, harusnya nggak papa dong. Kalau gue sih gitu prinsipnya. 

Elu mau sejahat apapun, asal sama gue bersikap baik dan nggak ngrugiin gue nggak ada masalah kok buat gue. Temen ya temen. Gitu doang, nggak usah dibikin rumit harus ikut arah angin ke Utara apa Barat. 

Percayakan saja pada hati loe sendiri tentang kebenarannya. Pasti ada keyakinan kalau isu A itu nggak bener atau isu B itu nggak bener. Bila perlulah, loe tanya langsung aja sama orangnya. Atau kalau mau cari aman, pura-pura aja nggak tahu apa-apa dan tetap berteman bisa sambil nyari tahu pelan-pelan kebenaran itu.

Intinya, mau sekeras apa loe dicekoki orang tentang keburukan orang lain. Asal keburukan itu nggak punya pengaruh sama kehidupan loe, ngapain loe pusingin. Asal dia tetap baik sama loe yaidah sik baikin balik. Nggak usah bingung mau ikut arus mana, asal loe punya keyakinan pasti loe tahu bagaimana harus bersikap.\

Sekian, dari gue yang pernah dimintai maaf beberapa orang dengan alasan  tergiring opini. 


Tinggalkan Komentar anda Tentang Berita ini